Beranda | Artikel
Pendidik Yang Penyayang
Sabtu, 9 Mei 2020

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary

Pendidik Yang Penyayang merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam pembahasan Mencetak Generasi Rabbani. Kajian ini disampaikan pada 27 Sya’ban 1441 H / 21 April 2020 M.

Kajian Islam Ilmiah Tentang Pendidik Yang Penyayang

Kita masih membahas 10 karakter pendidik sukses, ada 6 poin yang sudah kita bahas. Yang terakhir adalah kelemah lembutan. Ini merupakan salah satu kunci keberhasilan seorang pendidik, yaitu memiliki sifat yang lemah lembut. Karena ilmu hanya bisa di transfer ataupun disampaikan dengan kelemah-lembutan.

7. Sifat penyayang

Ini adalah sifat yang harus dimiliki oleh setiap pendidik; guru di sekolah maupun orang tua di rumah. Mungkin kita sering tidak sadar bahwa anak-anak yang masih bersih hatinya, masih polos jiwanya, itu mampu membaca perasaan orang yang berinteraksi dengannya. Anak-anak itu tahu siapa orang yang menyayanginya dan siapa yang tidak menyayanginya. Dan seorang anak biasanya lebih objektif dalam memberi penilaian. Karena tidak ada unsur-unsur yang mempengaruhinya. Mereka dapat merasakan mana orang yang menyayangi dan mana orang yang tidak menyayangi. Dan perasaan sayang ini menjadi penghangat suasana dan menjadikan proses transfer ilmu ini menjadi suatu yang nyaman dan menyenangkan.

Salah satu kunci kesuksesan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam mendidik para sahabat adalah sifat beliau yang ramah lagi penyayang. Dan sifat ini yang memberi kesan mendalam bagi siapa saja yang mendapatkan pengajaran dan pendidikan dari beliau. Seperti sifat penyayang yang ditunjukan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kepada beberapa orang yang belajar bersama beliau. Seperti yang diceritakan oleh Abu Sulaiman Malik bin Khuwairis Radhiyallahu ‘Anhu, ia menceritakan bahwa: “Kami menghadap Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersama satu rombongan. Saat itu kami adalah pemuda yang sebaya dan kami tinggal bersama beliau selama 20 hari. Dan beliau adalah orang yang penyayang lagi ramah.” Ini kesan yang bisa ditangkap oleh Malik bin Khuwairis dan teman-temannya. Yaitu beliau adalah seorang yang penyayang lagi ramah. 20 hari bukanlah waktu yang ia sedikit. Dengan waktu itu, cukup mereka untuk mengenali karakter Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Hingga akhirnya beliau mengerti bahwa kami merindukan keluarga masing-masing. Lantas beliau menanyakan: “Siapa saja keluarga kami yang tinggal di rumah?” Maka kamipun menjelaskannya. Setelah itu beliau memerintahkan: “Sekarang kembalilah kalian kepada keluarga kalian masing-masing. Tinggallah bersama mereka lalu ajari mereka ilmu yang telah kalian dapatkan dan berbuat baiklah kepada mereka. Laksanakanlah shalat pada waktunya (Nabi menjelaskan shalat lima waktu). Dan jika telah masuk  waktu shalat, hendaklah salah seorang dari kamu mengumandangkan adzan dan hendaklah mengimami yang paling tua usianya di antara kalian atau yang paling bagus bacaannya di antara kalian.”

Jadi Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang memberikan pengarahan kepada mereka apa yang harus mereka lakukan ketika mereka berada di rumah mereka. Dzahirnya mungkin tidak ada masjid di kampung mereka atau di tempat mereka karena Islam adalah sesuatu yang masih sedikit. Sehingga mereka mengerjakan shalat di rumah. Dan demikian pengarahan Nabi kepada anak-anak muda yang belajar bersama beliau di rumah beliau.

Seperti yang dikatakan oleh Malik bin Khuwairis bahwa beliau adalah seorang yang penyayang dan ramah. Itu adalah salah satu modal Nabi di dalam mendidik para sahabat-sahabat beliau.

Dan sifat penyayang ini merupakan salah satu perkara yang akan melembutkan hati. Dengan sifat sayang, orang yang kita hadapi akan menjadi tunduk seperti yang dikatakan Nabi:

تَهَادَوْا تَحَابُّوا

“Salinglah kalian memberi, niscaya kalian akan saling menyayangi.”

Kasih sayang ini akan ada interaksi timbal balik antara yang menyayangi dan yang disayangi. Dan ini adalah salah satu sifat yang disukai Allah Subhanahu wa Ta’ala dan salah satu sifat yang akan membawa kebaikan. Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu meriwayatkan bahwa ada seorang wanita bersama dua anaknya mendatangi ‘Aisyah. Lalu ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha memberinya tiga butir kurma. Wanita itu pun memberi tiap anaknya satu butir kurma. Lalu wanita itupun menyisakan satu butir kurma untuk dirinya. Kemudian kedua anak itu memakan kurma mereka masing-masing. Setelah selesai memakan kurma mereka masing-masing, mereka menatap ibunya. Maka wanita itu mengerti apa yang diinginkan oleh anak-anaknya, yaitu menginginkan kurma yang ada di tangannya. Maka ia pun membelah satu butir kurma yang tersisa itu lalu memberikan masing-masing setengah hingga tidak tersisa untuk untuk dirinya. Tidak lama kemudian Nabi pulang ke rumah dan Aisyah menceritakan apa yang dilihatnya tadi. Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Apakah kamu takjub melihatnya Wahai ‘Aisyah? Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah merahmati wanita tersebut karena kasih sayangnya kepada kedua anaknya.”

Download dan simak penjelasan lengkapnya pada menit ke-07:00

Lihat juga: Cara Mendidik Anak dan Pentingnya Mencetak Generasi Rabbani

Download mp3 Kajian Islam Tentang Pendidik Yang Lemah Lembut


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/48425-pendidik-yang-penyayang/